Sabtu, 25 April 2015

Hai Kaum Muda! Bermimpilah untuk Kuliah Di Luar Negeri

http://www.rwu.edu/sites/default/files/hero-imgs/studyabroad_landing.jpg?1408131421

Beberapa hari terakhir ini, aku menjadi agak sulit ketika akan tidur malam. Entah kenapa Tulisan – tulisan dari bang Angga Dwi Putra selalu membayangiku ketika akan memejamkan mata. Bahkan kurasa, aku benar – benar telah tersihir oleh tulisan – tulisan beliau. Tulisan – tulisan tersebut menceritakan pengalaman beliau, ketika melakukan petualangan mengelilingi negara –negara di benua Eropa, Afrika dan Asia yang begitu indah dan penuh misteri. Aku salut dengan kehebatan bang Angga dalam mendeskripsikan tempat – tempat yang telah dikunjunginya, beliau mampu membuat ku turut merasakan keindahan dan kesyahduan tempat yang telah beliau kunjungi. Bahkan saking hebatnya, tulisan – tulisan tersebut membuatku hanya bisa tidur setelah membayangkan semua tempat tersebut dan mengatakan kepada diri sendiri bahwa suatu saat nanti aku pasti bisa menyusul untuk mengunjungi tempat – tempat tersebut jika aku mau bekerja keras.








Awalnya aku mengira bahwa beliau pasti merupakan anak dari seorang pengusaha yang kaya raya dan mempunyai akses yang tidak terbatas terhadap sumber daya uang. Kau tahu? Anggapan ku salah besar! Ternyata beliau adalah seorang pelajar Indonesia yang mendapatkan beasiswa studi di jenjang Master (S-2) di Sorbonne, Prancis. Aku pun terkejut dan mencoba meyakini dalam hatiku, bahwa beliau pasti merupakan orang yang pintar dan banyak prestasi di bidang akademik saat menempuh S1 nya. Ternyata lagi – lagi aku salah sangka! Setelah ku baca tulisan beliau mengenai bagaimana beliau bisa mendapatkan beasiswa ke Prancis, barulah kutahu bahwa beliau adalah anak yang ; sering main PS, tidak pintar – pintar amat dalam pelajaran dan intinya beliau adalah seseorang yang dikenal suka bermain saat kuliah S1 nya. Tentu saja hal itu membuatku bingung, bagaimana mungkin seseorang seperti dia bisa mendapatkan beasiswa ke Prancis?

Ternyata kuncinya adalah kerja keras dan pantang menyerah. Aku pun sangat terkesan saat beliau menceritakan bagaimana sulitnya ketika berusaha untuk memperoleh beasiswa tersebut, dan pantang menyerah nya beliau dalam menghadapai semua kesulitan tersebut. Beliau menceritakan bagaimana tersiksanya batin saat harus belajar bahasa Prancis dan harus menunggu beasiswa yang masih tak pasti, dimana pada saat itu hampir semua teman – teman beliau sedang membina karir dalam pekerjaan mereka masing – masing. Dan memang aku rasa jika kalian berada di posisi yang sama dengan posisi beliau saat itu, kalian juga pasti akan mengalami dilema yang sangat berkepanjangan. Aku pun berfikir, apa yang membuat beliau tetap bersikeras untuk bertahan dan terus berjuang untuk mendapatkan beasiswa tersebut? Ternyata beliau menggenggam erat kunci yang kedua, yaitu M – I – M – P – I .

Dalam salah satu tulisan beliau, aku menemukan satu kata yang sangat menarik dan layak untuk kita tanamkan dalam hati. Apakah kata itu? “Bermimpi itu gratis, tapi merealisasikan mimpi itu yang mahal”. Dan apakah kata – kata Mahal tersebut hanya mempunyai arti khusus dalam konteks harga? Tentu saja tidak! Kata – kata mahal disitu menurutku mempunyai artian dalam konteks ; harga, usaha dan kemampuan. Karena banyak orang yang mempunyai uang untuk membayar mahalnya harga merealisasikan mimpi, tapi ternyata tetap tidak bisa merealisasikan apa yang telah diimpikannya karena kurangnya usaha dan kemampuan. Sebagai contoh, berapa banyak pengusaha yang mempunyai banyak uang dalam tabungan mereka. Tapi apakah bisa mereka mewujudkan mimpi mereka untuk menjadi seorang presiden (seandainya mereka bermimpi demikian) jikalau mereka tidak berusaha dan tidak mempunyai kemampuan memimpin sebuah negara? Tentu saja tidak!

Yasudah gausah terlalu panjang bahasnya, ayo kita kembali ke kunci kedua tadi. Jadi ternyata kak Angga itu telah bermimpi sejak lama untuk bisa berkuliah di Sorbonne, Prancis, dan itulah yang menjadikan beliau kuat menghadapi tantangan yang menghalang beliau untuk merealisasikan mimpinya. Dan dari mana kah kak Angga mendapatkan mimpinya untuk kuliah di Sorbonne? Ternyata mimpi tersebut beliau dapatkan saat beliau membaca buku laskar pelangi karangannya om Andrea Hirata. Jadi dari situ bisa kita simpulkan bahwa, membaca itu merupakan hal terpenting yang membuat seseorang memiliki mimpi yang besar .

Jadi intinya teman – teman ku sekalian, dalam tulisan ini aku mencoba mengajak diriku sendiri dan kalian agar mempunyai mimpi yang besar untuk berkuliah di luar negeri. Bukan nya kuliah di Indonesia tidak bagus, tapi bukankah suatu kenikamatan jika sembari kuliah kita bisa mengunjungi tempat – tempat yang selama ini hanya kita temukan pada buku – buku cerita, buku – buku sejarah ataupun hanya melalui peta dunia? Bukankah merupakan suatu nikmat jika kita bisa bertemu orang – orang dari negara Prancis, Jerman, Turki, Jepang, Australia dan lainnya saat kita berkuliah, dan akhirnya berkesempatan untuk memperkenalkan budaya Indonesia secara langsung kepada mereka?

Tapi sekali lagi ingat! Kuliah di luar negeri terutama di benua Eropa tentu bukan hal yang mudah, karena tentu saja mereka mempunyai bahasa dan budaya yang jauh berbeda dengan kita orang Indonesia yang mengamalkan budaya ketimuran. Jadi jika kalian memang ingin kuliah di luar Indonesia, pastikan lah kalian mempunyai tujuan yang jelas dan persiapan yang matang baik dari segi mental, finansial dan tempat tinggal sebelum kalian berangkat. Dan jika nanti kalian sudah sukses di luar sana, jangan lah lupa untuk memberi bantuan kepada anak – anak Indonesia yang ingin seperti kalian tapi mempunyai masalah dalam hal pendanaan.

Akhir kata walaupun saya belum berkuliah (boro – boro di luar Indonesia), tapi apa salahnya saya mengajak kalian semua para pembaca tulisan ini untuk bermimpi dan berusaha menggapai mimpinya. Kebetulan saya sekarang sedang mendaftar di beasiswa Turki, dan sebelumnya telah mengalami kegagalan di dua beasiswa dan juga sudah merasakan sulitnya mengejar beasiswa – beasiswa tersebut. Tolong bantu doakan ya semoga lolos di beasiswa Turki ini #ammin. Pokoknya Berusahalah seperti Imam Bukhari yang mana demi mengecek shahih atau tidaknya suatu hadis, beliau sanggup menempuh perjalanan berbulan – bulan untuk bertemu ahlinya. Dan juga berusahalah seperti Ibnu Bathutah, yang mana beliau itu rela menghabiskan hampir seluruh masa hidupnya untuk mengembara dan menyusun buku hasil dari kembara nya tersebut.



Sekian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post