Rabu, 17 Juni 2015

Semangat Api Tauhid Badiuzzaman Said Nursi

API TAUHID
Ringkasan  sebuah buku yang sangat menggetarkan dan memperjelas identitas kita sebagai seorang muslim sekaligus sebagai cendekiawan yang tegas menentang hal – hal yang tidak rasional.

http://statis.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2014/11/cover-buku-api-tauhid.jpg


“Yang paling layak untuk dicintai adalah cinta itu sendiri, dan yang paling layak untuk dimusuhi adalah permusuhan itu sendiri!”
 (Badiuzzaman Said Nursi)

Seorang ulama polymath sekaligus pejuang yang tak kenal takut  menyalakan API TAUHID dan menentang pemerintahan yang zalim walaupun berakhir pada dinginnya jeruji besi dan pengasingan. Tanpa ragu mengganyang pemerintah tanpa memaksa kehendak yang membawa kemudharatan.
(M Arifin Effendi)

Pada tulisan ini, saya mencoba untuk meringkas buku Api Tauhid karya Habiburrahman El – Shirazy secara sederhana. Jikalau ada hal yang ternyata kurang pas, saya mohon maaf atas kesalahan tersebut. Saya menyadari ternyata menulis bukanlah perkara yang mudah, apalagi meringkas buku setebal 580+ halaman yang coba saya tuntaskan dalam tiga jam sahaja. Adapun untuk pesan – pesan dan pelajaran dari buku tersebut akan saya tulis di tulisan lain. Sesungguhnya Badiuzzaman Said Nursi adalah sebuah sosok yang sangat menginspirasi bahkan sangat hebat menurut saya. Berkali – kali akan menghadapi kematian dengan cara digantung maupun ditembak, tapi selalu selamat karena yakin akan pertolongan Allah bagi orang – orang beriman.

Dalam buku ini, kang Ebik (sapaan akrab Habiburrahman El - Shirazy) menyajikan sebuah novel yang memadukan kisah biografi seorang ulama besar bernama Badiuzzaman Said Nursi dengan kisah romansa  seorang mahasiswa Universitas Islam Madinah bernama Fahmi. Novel ini menjadi menarik karena biografi tidak hadir dalam tatanan yang kaku. Tapi hadir dengan balutan novel romansa yang sangat mengguncang kalbu.

***

Cerita bermula saat tokoh utama bernama Fahmi yang tengah melanjutkan studi S2 di Universitas Islam Madinah pulang ke kampung untuk menghabiskan libur kuliah. Kemudian secara tiba – tiba, datanglah pak lurah kerumah keluarga Fahmi untuk menawarkan anak gadisnya yang bernama Nur Jannah sebagai calon istri Fahmi. Fahmi yang mulanya hanya berencana untuk menghabiskan liburan pun menjadi bingung, karena memang belum ada niatannya untuk menikah terlebih pada saat liburan ini. Ditengah istikharah untuk memilih antara menerima atau tidak tawaran pak lurah, datanglah ujian selanjutnya kepada Fahmi. Seorang kiai besar pemilik pondok pesantren masyhur di Jawa Tengah bernama Kiai Arselan, menawarkan Fahmi untuk menikahi putrinya yang bernama Firdaus Nuzula. Hal tersebut tentu saja semakin membuat Fahmi bingung. Akhirnya setelah diadakan perundingan keluarga antara Fahmi dengan orangtua dan kerabatnya, Fahmi memutuskan untuk menikahi Nuzula. Singkat cerita, Fahmi dan Nuzula pun menikah secara sirri. Hal ini dikarenakan kiai Arselan ingin Fahmi dan Nuzula menyelesaikan terlebih dahulu kuliah mereka. Maka dari itu, Fahmi dan pak Kiai Arselan membuat kesepakatan agar Fahmi dan Nuzula tidak bercampur dahulu dalam satu atap sampai kuliah mereka selesai . Setelah akad pernikahan tesebut, Fahmi pun kembali melanjutkan pendidikan masternya di Madinah.

Selang beberapa bulan, tiba – tiba Kiai Arselan datang menemui Fahmi dan meminta Fahmi untuk menceraikan Nuzula dengan alasan Fahmi dan Nuzula tidak mungkin hidup bersama secara bahagia. Tentu saja Fahmi tidak bisa menerima alasan tersebut, dan sedikit marah dengan kiai Arselan. Bagaimana mungkin mereka belum pernah tinggal bersama, tapi sudah diprediksi tidak akan bahagia. Fahmi berkeyakinan bahwa pernikahan adalah hubungan sampai akhir hayat, tidak ada kamus perceraian dalam keluarga besarnya. Dengan berat hati Fahmi pun menangguhkan respon atas permintaan kiai Arselan tersebut.

Karena merasa tidak kuat menghadapi masalah status pernikahannya, Fahmi pun memutuskan untuk beriktikaf dan mengkhatamkan Quran sebanyak empat puluh kali di masjid Nabawi sebagai media untuk menenangkan diri. Akan tetapi setelah beberapa hari, Fahmi ambruk karena kelelahan. Dan setelah dirawat di rumah sakit, Fahmi pun memutuskan untuk pergi bersama  kawannya bernama Hamzah, seorang lelaki Turki,  dan Subki, teman Fahmi dari Indonesia,  berjalan – jalan ke Turki sekaligus sebagai melupakan kepedihan yang sedang dialaminya. Ketika sampai di Turki inilah Hamzah dan temannya bernama Bilal menceritakan kisah hidup Badiuzzaman Said Nursi. Maka dari itu  perjalanan Fahmi bersama teman – temannya di Turki bukan hanya bertujuan untuk jalan – jalan dan memenuhi kebutuhan kalbu akan hiburan, tetapi mereka membawa misi untuk menapak tilas sejarah Badiuzzaman Said Mursi di bumi Turki.  Di Turki inilah Fahmi bertemu dengan dua perempuan bernama Emel, saudara perempuan Hamzah, dan Aysel, sepupu Hamzah. Tanpa Fahmi sadari, pertemuan itu ternyata menjadi awal dari sebuah peristiwa yang mengancam nyawanya dan teman – temannya. Dalam perjalanan menapak tilas sejarah Badiuzzaman Said Nursi, secara tiba – tiba Fahmi dan Elya diculik oleh sebuah sindikat perdangan manusia. Dari situlah mulainya peristiwa – peristiwa mengerikan terjadi kepada Fahmi.


***

“Badiuzzaman Said Nursi” begitulah orang – orang memanggilnya. Berasal dari sebuah desa kecil yang telah banyak melahirkan orang –orang hebat seperti Salahuddin Al Ayubi dan Nasrudin Hoja (Abu Nawas). Nama aslinya adalah Said, sedangkan Badiuzzaman (Keajaiban Zaman) adalah gelar yang diberikan oleh salah seorang gurunya bernama Molla Fethullah Efendi karena kehebatannya dalam menghafal dan memahami ilmu dalam masa yang singkat. Bahkan saking hebatnya, ketika Said Nursi ditantang untuk mempelajari sebuah buku yang sangat berat dari segi materi, beliau hanya butuh sekali baca untuk hafal dan menjelaskan maksud dari buku tersebut secara detail tanpa ada keliru sedikitpun. Sedangkan Nursi adalah nama yang dinisbatkan kepada kampung asalnya, yaitu Nurs. Semenjak kecil beliau telah memiliki kelebihan dan keistimewaan tersendiri dibanding saudara – saudara kandungnya. Ketika kecil beliau adalah seorang yang sangat kritis dalam menafsirkan sesuatu dan dan tidak mudah percaya sesuatu tanpa adanya penjelasan yang logis dan rasional. Disisi lain, beliau yang saat itu masih berumur belia sudah mempunyai kemauan yang besar untuk  menuntut ilmu di sekolah agama bersama kakak – kakak beliau yang lebih tua. Karena terlalu muda, orangtuanya pun tidak mengizinkan Said Nursi pergi bersama saudaranya untuk menuntut ilmu. Orangtuanya menyarankan agar Said belajar saja bersama kakaknya, yaitu saat kakaknya libur dan pulang ke rumah. Tanpa membantah, Said pun mengikuti saran orangtuanya dan mulai belajar Al – Quran dengan kakaknya secara serius.

Keinginan Said untuk  belajar di sekolah semakin besar. Akhirnya orangtua Said pun mengizinkan beliau pergi ke sekolah agama bersama kakaknya. Saat menempuh pendidikan, ternyata Said memang punya kelebihan diantara murid – murid lainnya. Kekuatan hafalan dan daya analisisnya membuat guru – guru dan teman – temannya kagum.  Karena kekuatan hafalan dan daya analisis itulah, beliau pun akhirnya disayang syeikh dan dibenci oleh hampir seluruh teman – teman dan senior – seniornya. Ketika senior – seniornya menggangu beliau, bukannya takut terhadap seniornya. Said Nursi melawan saat ditindas oleh senior – seniornya untuk membela kehormatan dirinya. Bahkan pernah suatu waktu beliau terpaksa seorang diri berduel menghadapi seniornya yang berjumlah empat orang hingga babak belur tubuh beliau. Tapi tanpa rasa takut, beliau pun berkata kepada Syeikhnya “Mereka menyerangku secara berempat, jika berdua – berdua pasti aku bisa mengalahkan mereka”. Dari situ terlihat bagaimana seorang Said Nursi yang sangat cerdas tidak gentar saat menghadapi gangguan yang bermaksud merendahkan harga diri beliau, sekalipun beliau kalah jumlah dengan pengganggunya. Akan tetapi Said Nursi adalah seorang yang sangat menghormati para pencari ilmu. Pernah duatu ketika beliau dikeroyok oleh senior – seniornya sampai hampir mati, dan akibatnya senior – senior tersebut mendekam di penjara. Dengan besar hati Said Nursi menghadap kepala polisi dan meminta agar senior – seniornya tersebut dibebaskan. Karena menurut beliau mereka juga pencari ilmu, dan adalah hal yang wajar jika sesama pencari ilmu kadang bertengkar. Akhirnya polisi pun membebaskan senior – senior beliau. Luar biasa bukan? Subhanallah.

Ternyata kecerdasan Said Nursi tidak hanya mengundang rasa iri kawan – kawan dan senior – seniornya, kakaknya yang bernama Abdullah pun ikut merasa iri dengan kemampuan sang adik. Hingga akhirnya mereka bertengkar, dan Said memutuskan untuk pindah sekolah. 8 bulan kemudian ketika Said bertemu lagi dengan Abdullah, Abdullah mengatakan bahwa dia baru saja selesai mengkhatamkan kitab Al – Syamsi. Abdulah pun bertanya mengenai pengembaraan Said dan buku apa saja yang sudah dipelajarinya selama 8 bulan tersebut. Said Nursi pun menjawab
“Alhamdulillah, dengan izin Allah saya telah membaca tidak kurang dari delapan puluh kitab”.
“Apa maksudmu?” 
“Ya saya telah membaca , mendalami dan menguasai isi delapan puluh kitab termasuk Syarh Al – Syams”.
Abdullah tidak serta merta memercayai perkataan adiknya tersebut. Ia pun menguji pemahaman adiknya dan Said Nursi tidak keberatan. Setelah mengetahui penguasaan ilmu sang adik, Abdullah pun takjub dan terkagum – kagum. Delapan puluh kitab itu benar – benar telah didalami dan dipahami Said Nursi dengan baik. Bahkan teksnya nyaris telah dihafalnya. Sejak saat itu, diam – diam Abdullah meminta Said Nursi untuk mengajarinya. Begitu hebatnya Said Nursi, hingga kakak yang dulu mengajarinya Al – Quran kini duduk di hadapannya untuk meminta diajari. Tapi Said Nursi tetap rendah diri dan tidak pernah sombong ataupun merendahkan kakaknya.

Kehebatannya yang lain adalah, dalam usianya yanng masih dibawah 15 tahun. Beliau rela menempuh jarak puluhan, ratusan bahkan ribuan kilometer untuk mendapatkan ilmu. Dan pada saat umurnya mencapai 15 tahun, beliau telah hafal dan faham isi dari delapan puluh kitab. Dinyatakan oleh seorang guru beliau, bahwa beliau telah menuntaskan pelajaran selama 15 tahun hanya dalam waktu 3 bulan, Subhanallah. Dan ketika sudah semakin remaja, beliau kerap melakukan debat ilmiah dibidang agama dengan ulama – ulama yang terkenal dari berbagai bidang agama seperti fikih, tauhid, filsafat dan lain sebagainya yang ingin membuktikan kecerdasan beliau. Bahkan Suatu ketika, beliau ditantang untuk berdebat mengenai ilmu – ilmu seperti geografi, , sains, medis dan sebagainya. Beliau yang sama sekali tidak pernah belajar pelajaran umum betul – betul merasa tertantang, dan menghabiskan waktu selama 24 jam untuk bergelut dengan  ilmu – ilmu tersebut di sebuah perpustakaan. Dan sangat mengejutkan, pengetahuannya yang baru berumur 24 jam tersebut sangat menggetarkan para ahli geografi, sains, medis dan lainnya. Karena semua pertanyaan sulit mereka dapat dijawab secara tegas dan jelas oleh Badiuzzaman Said Nursi.

Keberanian beliau tak usah ditanya.  Pernah suatu Ketika gubernur pesta arak bersama teman – temannya, Said Nursi tanpa ada rasa takut langsung melabrak dan memarahi gubernur yang tentu saja jauh lebih tua daripada beliau.

Sebetulnya alasan kenapa Said Nursi bisa menjadi hebat seperti itu, adalah karena kehebatan orang tuanya. Ayahnya adalah seorang yang sangat menjaga halal, haram dan syubhat. Bahkan saking berhati – hatinya, ayah beliau selalu mengikat mulut hewan peliharaannya agar tidak makan rumput secara sembarangan dan bukan milik dia. Hal ini semata – mata untuk menjauhkan rumput yang haram dikonsumsi oleh hewan peliharaannya, dan berujung kepada rezeki yang haram untuk keluarganya. Sedangkan ibunya, adalah seorang yang tidak pernah berjalan di bumi tanpa dalam keadaan berwudhu, kecuali jika sedang uzur. Begitulah, dibalik anak yang hebat pasti ada oranguta yang lebih hebat.

Selain hebat dalam kancah keilmuan, beliau juga merupakan seorang komandan perang disaat Turki Utsmani terjun ke kancah perang dunia I. Walaupun pada dasarnya beliau tidak setuju dengan keterlibatan Turki di kancah PD I, tetapi karena sudah dihadapkan oleh situasi genting dimana saudara – saudara sebangsanya sudah dibantai oleh pasukan Armenia yang didukung Tsar Rusia maka Badiuzzaman Said Nursi pun terjun dalam jihad fi sabilillah sebagai komandan pasukan gerilya Turki Utsmani

Beliau juga merupakan orang yang keras mengusulkan agar konstitusi absolut dalam pemerintahan Turki Utsmani harus dihapuskan, dan harus dikembalikan dalam sistem permusyawaratan. Beliau juga memaksa agar pendidikan janganlah hanya difokuskan pada ilmu modern saja, tapi harus lah difokuskan juga dalam aspek agama dan kesufian. Karena pada saat tersebut, kesultanan Ustmani lebih menitikberatkan pelajar – pelajar Islam untuk belajar hanya ilmu Eropa, tanpa dibarengi dengan ilmu agama. Konsep pendidikan yang ditawarkan oleh Badiuzzaman Said Nursi terdiri dari tiga bagian utama, yaitu ; ilmu modern, ilmu agama dan kesufian sebagi penyuci nurani. Akan tetapi konsepnya ditentang secara keras oleh Khalifah yang bersikeras untuk hanya mengajarkan ilmu modern. Pada akhirnya penolakan tersebut berujung pada hancurnya kesultanan Turki Utsmani oleh pemuda – pemuda Turki yang ingin menerapkan sistem barat di Turki atau leih dikenal dengan sebutan sekularisme. Hal tersebut disadari oleh Sultan yang sayangnya sudah terlambat untuk menerapkan konsep pendidikan Badiuzzaman Said Nursi tersebut, karena Sultan sudah berada di ujung tanduk kekuasaanya.

Dalam hidupnya, Badiuzzaman said Nursi telah hidup di penjaara selama kurang lebih 25 tahun. Layakanya ulama – ulama seperti Ibnu Taimiyah, penjara telah menjadi tempat yang paling produktif bagi Badiuzzaman Said Nursi  Karena dipenjara itulah beliau menghasilkan sebuah karya monumental  yang berjudul Risalah Nur, sebuah kitab yang mengulas Al – Quran secara mendalam.

***

Akhir kata, buku ini menurut saya harus dibaca oleh semua kalangan baik guru, murid, orangtua dan ulama. Karena buku ini tidak hanya mengandung nilai religius bagi seorang muslim, tapi juga mengajarkan kepada generasi muda untuk menjadikan figur – figur seperti Badiuzzaman Said Nursi ini sebagai sebuah panutan. Bagaimana seorang pemuda bernama Baiuzzaman Said Nursi ini, berbekal keyakinan dan keberanian untuk belajar dan berdakwah sanggup menempuh kesusahan dan penindasan yang sangat keras. Selain itu, buku ini juga mengajarkan kepada kita bahwa faktor keturunan bukanlah sebuah penentu baik buruknya perilaku seseorang. Hal ini dibuktikan dengan masalah Nuzula yang dihadapi oleh kiai Arselan sebagai pemimpin pesantren dengan ribuan santri. Bagaimanapun juga, novel ini semakin memperjelas sosok orangtua adalah sosok terpenting bagi perkembangan intelektual, karakter dan mental anaknya.

Wallahu A’lam


Sabtu, 25 April 2015

Hai Kaum Muda! Bermimpilah untuk Kuliah Di Luar Negeri

http://www.rwu.edu/sites/default/files/hero-imgs/studyabroad_landing.jpg?1408131421

Beberapa hari terakhir ini, aku menjadi agak sulit ketika akan tidur malam. Entah kenapa Tulisan – tulisan dari bang Angga Dwi Putra selalu membayangiku ketika akan memejamkan mata. Bahkan kurasa, aku benar – benar telah tersihir oleh tulisan – tulisan beliau. Tulisan – tulisan tersebut menceritakan pengalaman beliau, ketika melakukan petualangan mengelilingi negara –negara di benua Eropa, Afrika dan Asia yang begitu indah dan penuh misteri. Aku salut dengan kehebatan bang Angga dalam mendeskripsikan tempat – tempat yang telah dikunjunginya, beliau mampu membuat ku turut merasakan keindahan dan kesyahduan tempat yang telah beliau kunjungi. Bahkan saking hebatnya, tulisan – tulisan tersebut membuatku hanya bisa tidur setelah membayangkan semua tempat tersebut dan mengatakan kepada diri sendiri bahwa suatu saat nanti aku pasti bisa menyusul untuk mengunjungi tempat – tempat tersebut jika aku mau bekerja keras.






Selasa, 21 April 2015

Kisah Hidupku


Terinspirasi dari temanku, Farhan Makarim, aku pun mencoba untuk menuliskan perjalanan selama dua belas tahun pendidikan formalku.
Lagipula seperti kata-kata Pramoedya Ananta Toer, seorang sastrawan Indonesia, “Orang Boleh Pandai Setinggi Langit. Tapi Selama Ia Tidak Menulis, Ia Akan Hilang di Dalam Masyarakat dan dari Sejarah. MENULIS ADALAH BEKERJA UNTUK KEABADIAN”.
Inilah Kisahku~
Tidak terasa telah selesai aku menjalani ujian nasional (UN) tingkat SMA, walaupun penuh dengan skandal pembocoran soal. Tak lama lagi diriku akan melanjutkan ke bangku yang lebih tinggi, apalagi kalau bukan kuliah. Dua belas tahun pendidikan formal telah kulewati, dan tentu saja pahit manisnya pertemanan selama itu takkan terlupakan olehku sampai kapanpun. Pendidikan Sekolah Dasar yang kutempuh selama 5 tahun di homeschooling, SMP selama 2,5 tahun di sebuah pesantren dan 3 tahun di bangku MAN, ahh.... semua lika-liku kehidupan pada saat-saat tersebut sangat mengharukan bila diingat kembali.

Diriku saat Kelas 5 SD

Rabu, 25 Maret 2015

Kesadaran Pengendara di Indonesia Terhadap Pejalan Kaki


Kesadaran untuk mendahulukan pejalan kaki adalah suatu hal yang sangat sulit ditemukan di Indonesia. Kenapa gua berani ngomong gitu? Oke, simak cerita dibawah ini ya..


http://www.sealmaster.net/wp-content/uploads/2014/06/audi-asphalt-audi-red-road-speed-car.jpg


Kamis, 19 Maret 2015

Menulis Adalah Bekerja untuk Keabadian


http://th09.deviantart.net/fs71/PRE/i/2011/134/4/c/pramoedya_ananta_toer_by_muhammadharir-d3gc4ng.jpg

Ya akhirnya keinginan membuat blog terwujud juga. Malam ini, 19 Maret 2015, adalah malam dimana H-25 diriku menuju Ujian Nasional 2015. Dan malam ini juga menjadi saksi bagaimana berdebarnya diriku menunggu pengumuman Seleksi ke Teknik Fisika UGM dan juga seleksi beasiswa Turkiye Burslare (YTB).
Semoga blog ini menjadi saksi nyata setiap pengalamanku, dimulai dari malam ini hingga nanti tiba masanya. Karena seperti yang dikatakan penyair bijak ,”Orang Boleh Pandai Setinggi Langit, tapi Selama Ia Tidak Menulis, Ia akan Hilang dalam Masyarakat dan dari Sejarah. Menulis adalah Bekerja untuk Keabadian.” (Pramoedya Ananta Toer).

Malam Rintik di Ruang Tamu
19-03-2015

Ads Inside Post